Cari Blog Ini

Selasa, 17 Agustus 2010

Perluasan Hukum Mendel

PERLUASAN HUKUM MENDEL

Percobaan Mendel mengatakan bahwa pada sebuah lokus terletak sepasang gen yang saling pengaruh-mempengaruhi terhadap suatu sifat. Namun kenyataannya suatu sifat ternyata dapat dipengaruhi oleh lebih dari satu pasang gen dan bahkan suatu pasangan gen dapat saling pengaruh-mempengaruhi pasangan gen yang lain. Kejadian-kejadian ini merupakan perluasan dari Hukum Mendel (Wartomo, 1998).
Interaksi gen dan Epistatis
Yang dimaksud dengan interaksi gen adalah kemungkinan adanya saling pengaruh antara dua pasang gen yang terletak dalam alel yang berbeda. Dimisalkan gen A akan menyebabkan fenotip A, sedang B akan menimbulkan fenotip B. Ada kemungkinan, bahwa apabila suatu individu memiliki kedua gen tersebut diatas dalam keadaan tertentu, akan timbul fenotip yang lain sama sekali, yaitu fenotip C. Kejadian inilah yang disebut adanya interaksi antara gen A dan gen B.
Contoh paling khas adalah bentuk jengger pada ayam. Ada 2 pasang gen yang mempengaruhi bentuk jengger, yaitu, gen R yang menyebabkan jengger rose dan gen P yang menyebabkan bentuk pea. Contoh interaksi lain yang baik adalah bahwa pasangan gen kedua dapat menghambat ekspresi gen lain yang bukan pasangannya, disebut sebagai epistatis (Wartomo, 1998).
Multi Alel atau Alel Ganda
Pada keadaan normal, biasanya suatu lokus ditempati oleh salah satu dari sepasang alel, misalnya oleh gen A atau gen a sebagai pasangannya. Tetapi ada suatu kejadian, satu lokus dapat ditempati oleh beberapa macam alel. Dalam kasus multi alel, gen A mempunyai beberapa macam bentuk, misalnya gen A1, A2, dan A3, yang kesemuanya dapat saling berpasangan dan menduduki lokus tersebut. Peristiwa satu lokus dapat ditempati oleh berbagai macam alel, disebut alel ganda atau multi alel (Wartomo, 1998).
Salah satu kejadian multi alel pada hewan adalah pada pewarnaan kelinci dan kucing. Warna kulit kelinci dientukan oleh gen c, akan tetapi pada penelitian lebih lanjut diketahui bahwa gen c ini bersifat multi alel. Disamping adanya gen C sebagai pasangannya yang menyebabkan kelinci berwarna sempurna (abu-abu bercampur kekuning-kuningan dan coklat), ternyata telah dikenal adanya gen cch yang menyebabkan kelinci berwarna abu-abu muda tanpa adanya warna kuning dan coklat, dan gen ch yang menyebabkan warna yang sangat khas.
Contoh lain dari adanya multi alel yang paling bagus pada manusia, yaitu dalam penggolongan darah ABO yang ditemukan oleh Dr. Landsteiner pada tahun 1900. Golongan darah pada manusia dapat dibedakan menjadi A, B, AB, dan O. Penggolongan darah tersebut berdasarkan pada ada tidaknya antigen yang menggumpalkan darah(aglutinogen) dan antibodi (pelawan antigen (aglutinin)) dalam darah (Istamar et al, 2007).
Tabel 1. Penggolongan darah sistem ABO (Istamar et al, 2007).
Golongan Darah Aglutinogen Aglutinin
A A b
B B a
AB AB -
O - a, b

Kodominasi
Penggolongan darah secara lain pada manusia adalah penggolongan darah secara M, N, dan MN yang dikendalikan oleh 2 alel LM dan LN. Individu golongan darah M menghasilkan anti serum M, golongan darah N menghasilkan antiserum N sedang golongan darah MN menghasilkan kedua antiserum. Dengan demikian bahwa individu dengan alel heterozigot LM dan LN memiliki sifat yang dimiliki oleh kedua sifat homozigotnya. Keadaan demikian disebut kodominan, selain itu juga kodominansi merupakan suatu situasi fenotipik dimana kedua alel di ekspresikan di dalam heterozigot (Campbell et al, 2004).
Poligen atau Gen Ganda
Kadang-kadang suatu fenotip tidak begitu mudah dibedakan dengan fenotip lainnya. Sebagai contoh misalnya warna bunga, antara warna merah sampai putih mungkin masih dapat dibedakan adanya beberapa fenotip antara tinggi tubuh pada manusia, atau besar kecilnya ukuran telur ayam, kesemuanya ini tidak dikenal adanya ukuran yang seragam.
Yule adalah orang pertama yang pada tahun 1906 menduga bahwa adanya perbedaan yang kecil tersebut mungkin disebabkan oleh karena adanya beberapa gen yang mempunyai pengaruh terhadap satu sifat, tetapi setiap gen hanya mempunyai pengaruh yang sangat kecil. Beberapa gen yang yang mempunyai pengaruh terhadap sifat yang sama tetapi memiliki pengaruh yang kecil terhadap sifat tersebut, disebut sebagai poligen (Wartomo, 1998).
Pewarnaan Kulit dan Bulu Pada Hewan
Pada hewan dikenal adanya berbagai macam corak warna kulit dan bulu. Dikenal adanya warna hitam sampai putih dengan berbagai macam derajat pewarnaan atau intensitas warna. Pada ternak dikenal beraneka ragam corak dan warna yang berbeda-beda. Namun ada ternak atau hewan yang memiliki baik pola maupun warna yang seragam (Wartomo, 1998).
Adanya perbedaan berbagai macam corak pewarnaan pada hewan disebabkan karena dalam hal pewarnaan kulit dan bulu hewan, berbagai gen telah berperan aktif. Gen-gen yang mempengaruhi pewarnaan, yaitu, gen penentu pola berbintik-bintik atau tidak, kombinasi warna, intensitas warna, dan pemudaran. Pewarnaan kulit pada hewan banyak dipelajari pada Rodensia, misalnya tikus, marmut, dan kelinci.

Daftar Pustaka

Campbell, N.A., J. B. Reece & L. G. Mitchell. 2004. Biologi 5th ed. Terj. dari BIOLOGY oleh Lestari, R, dkk. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Hardjosubroto, Wartomo. 1998. Pengantar Genetika Hewan. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Syamsuri, Istamar, Hadi, Ibrohim, Sulisetijono. 2007. Biologi. Penerbit Erlangga. Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar