Cari Blog Ini

Selasa, 17 Agustus 2010

Hibrida

HIBRIDA

Setelah hukum mendel diakui kebenaran dan manfaatnya, muncul berbagai percobaan yang pada umumnya menggunakan tanaman dengan berbagai beda sifat. Akibatnya muncul pula beberapa kaedah-kaedah tentang hasil perkawinan antara tanaman yang memiliki beda sifat. Di bidang peternakan, hukum mendel baru ditetapkan pada tahun 1902 oleh William Batteson pada ayam dan kemudian pada sapi. Perkawinan antara dua jenis/bedasifat yang berlainan disebut hibrida (Ronald, 2000).

Kombinasi Gen dalam Hibrida

Di dalam kombinasi gen terdapat istilah-istilah sebagai berikut :

Monohibrid, yaitu perkawinan antara dua individu dengan satu beda sifat. Dihibrid, yaitu perkawinan antara dua individu dengan dua beda sifat, memiliki dua pasang gen yang berbeda. Trihibrid, yaitu perkawinan antara dua individu dengan tiga beda sifat. Tetrahibrid, yaitu perkawinan antara dua individu dengan empat beda sifat.

Dari berbagai macam bentuk hibrida, dapat disusun suatu rumus untuk meramalkan berbagai macam efek yang ditimbulkannya, yaitu sebagai berikut :

Banyaknya macam kombinasi gamet yang dibentuk dalam suatu persilangan atau hibrida menggunakan rumus sebagai berikut :

Banyaknya macam gamet = 2n

n diatas menandakan banyaknya beda sifat, angka “2” disebabkan karena setiap pasang alel akan menjadi dua macam gamet. Jadi misalnya dalam hal monohibrid, misalnya individu dengan susunan gen (Aa) disilangkan dengan (Aa), maka jumlah macam gamet yang akan dihasilkannya adalah sebanyak 2n = 21 = 2 macam gamet, yaitu A dan a.

Banyaknya kombinasi genotip dari persilangan yang akan dihasilkan dari suatu perkawinan hibrida dapat diramal menurut rumus sebagi berikut :

Banyaknya kombinasi = (2n)2

Pada monohibrid, misalnya perkawinan antara (Aa x Aa) akan terjadi kombinasi sebanyak (21)2 = 4, yaitu AA, Aa, aA, dan aa. Sedang pada dihibrid misalnya perkawinan antara (AaBb x AaBb) akan terjadi kombinasi sebanyak (22)2 = 16 kombinasi.

Banyaknya individu yang homosigotik dari perkawinan hibrida mengikuti rumus sebagai berikut :

Jumlah individu yang homosigotik = 2n/(2n)2

Pada perkawinan monohibrid, jumlah individu yang homosigotik adalah sebesar : 21/(21)2 = 2/4 atau 50%, yaitu AA dan aa. Untuk dihibrid, jumlah genotip yang homosigot adalah sebesar : 22/(22)2 = 4/16 atau 25%, yaitu genotip AABB, Aabb, aaBB, dan aabb dari 16 kombinasi yang ada.

Bentuk fenotip dalam hibrida yang mungkin timbul dalam persilangan hibrida dapat diramal dengan menggunakan rumus binomium ( a + b )n yang sering pula disebut sebagai “segitiga pascal” sebagai berikut :

( a + b )1 1 1 hibrid 1

( a + b )2 1 2 1 hibrid 2

( a + b )3 1 3 3 1 hibrid 3

( a + b )4 1 4 6 4 1 hibrid 4

( a + b )5 1 5 10 10 5 1 hibrid 5

( a + b )6 1 6 15 20 15 6 1 hibrid 6

dan seterusnya,

Penggunaan rumus diatas adalah sebagai berikut :

Hibrid 2 : (1 x 32) : (2 x 31) : (1 x 30)

Hibrid 3 : (1 x 33) : (3 x 32) : (3 x 31) : (1 x 30)

Hibrid 4 : (1 x 34) : (4 x 33) : (6 x 32) : (4 x 31) : (1 x 30)

dan seterusnya.

Metode Hibrida

Persilangan Resiprok

Persilangan resiprok adalah persilangan kebalikan dari persilangan yang ada. Dimisalkan dalam suatu persilangan antara pejantan A dengan betina B, maka persilangan resiproknya adalah perkawinan antara pejantan B dengan betina A atau dalam persilangan antara PP dengan pp, maka persilangan resiproknya adalah pp dengan PP (Wartomo, 1998).

Silang Balik (back cross)

Perkawinan silang balik adalah apabila keturunannya dikawinkan kembali dengan bangsa tetuanya. Misalnya persilangan antara P dan Q, maka hasil keturunannya dikawinkan kembali dengan bangsa P atau Q. Maksud dari perkawinan silang balik ini adalah untuk memperoleh komposisi gen yang dimiliki oleh salah satu tetuanya agar di dalam populasi semakin besar (Wartomo, 1998).

Uji Silang (test cross)

Uji silang sering juga disebut sebagai persilangan tes, persilangan tes adalah suatu persilangan untuk mengetahui apakah suatu individu itu homozigot ataukah heterozigot. Fenotip dari individu yang homozigot ataupun yang heterozigot dominan dari suatu gen yang bersifat dominan penuh adalah sama. Pada persilangan ini, maka individu yang akan diuji dikawinkan dengan individu yang sudah jelas homozigot resesif (Wartomo, 1998).

Uji Chi-square

Suatu percobaan biologi memiliki banyak faktor yang akan mempengaruhi hasilnya. Sebab jika sedang melakukan percobaan pada hewan atau tumbuhan, sering mendatangkan keragu-raguan dengan hasil yang didapat, apakah hasil percobaan tersebut sesuai atau menyimpang.

Ada suatu metode analisis yang sangat sederhana tetapi cukup meyakinkan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan dari hasil perhitungan, yang disebut sebagai uji chi-square, yang dilambangkan sebagai “tes X2”, adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

Text Box: 2

Keterangan :

O : hasil yang diperoleh dalam percobaan (observed value)

e : hasil yang diharapkan berdasar perhitungan (expected value)

Apabila sudah diperoleh harga X2, maka nilai ini dibandingkan dengan ambang batas seperti pada tabel 1, dengan mengingat jumlah derajat bebasnya. Besarnya derajat bebas adalah sejumlah variabel diambil 1. Sementara untuk derajat bebas yang hanya satu, Yates melakukan penyesuaian dengan mengurangi hasil pengurangan ( o – e ) dengan angka setengah (Wartomo, 1998).

Tabel 1. Ambang batas pada chi-square (Wartomo, 1998).

Derajat bebas

Peluang

0,95

0,90

0,70

0,50

0,30

0,10

0,05

0,01

0,001

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0,004

0,10

0,35

0,71

1,15

1,64

2,17

2,73

3,33

3,94

0,02

0,21

0,58

1,06

1,61

2,20

2,83

3,49

4,17

4,87

0,15

0,71

1,42

2,20

3,00

3,83

4,67

5,53

6,39

7,27

0,46

1,39

2,37

3,36

4,35

5,35

6,35

7,34

8,34

9,34

1,07

2,41

3,67

4,88

6,06

7,23

8,38

9,52

10,66

11,78

2,71

4,61

6,25

7,78

9,24

10,65

12,02

13,36

14,69

15,99

3,84

5,99

7,82

9,49

11,07

12,59

14,07

15,51

16,92

18,31

6,64

9,21

11,35

13,28

15,09

16,81

18,48

20,09

21,67

23,21

10,83

13,82

16,27

18,47

20,52

22,46

24,32

26,13

27,88

29,59

diterima ditolak

Uji X2 hanya dapat menyatakan ditolak atau tidaknya hipotesis, tidak dapat menerangkan lebih jauh. Apabila derajat bebasnya melebihi satu maka faktor Yates tidak digunakan.

Daftar Pustaka

Hardjosubroto, Wartomo. 1998. Pengantar Genetika Hewan. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Hartatik, Tety, dkk. 2010. Diktat Praktikum Genetika. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Sitorus, R. H. 2000. Kamus Besar Biologi. Pionir Jaya. Bandung.

2 komentar:

  1. Review & Welcome Bonus - Casinos Near Me
    If you're looking for a new casino site, you need to try this site for fun! Check out our review of Casinos 카지노사이트 Near Me, the top online casinos for your

    BalasHapus